Minggu, 07 Desember 2008

Mabok Cempedak


Wah..wah..wah..Ternyata asyik juga ya makan cempedak rame-rame di pinggir lematang. Ditemani dinginnya cuaca yang sedikit gerimis, ditambah lagi suasana di jembatan lematang pada malam hari yang remang-remang.Wuih ajiiiib !!! Kebetulan juga tu cempedak traktiran Kak Eli, teman dari FKIP Unsri yang sengaja main ke Kota Lahat (kampungku,pen) . Nah, Kak Eli datang ke Lahat dengan Kak Atian dari MIPA Unsri bersama "jeme Lahat asli"-Kak Febri, presiden mahasiswa Universitas Sriwijaya.
Malam itu, 6 Desember 2008, kami berenam:saya, Supri, Kak Eli, Kak Atian, Kak Febri, dan Kak Jeri membeli cempedak terlebih dahulu di dekat Taman Kota Lahat yang baru saja rampung pengerjaannya. Taman Kota Lahatnya menurut saya bagus sih, keren. Tapi menurut saya sih tempatnya kurang strategis dan lingkungan sekitarnya yang kurang mendukung. Tapi salutlah untuk Pemda Lahat, nice try. Nah kembali ke bahasan, dari situ kita menuju jembatan lematang namun sebelumnya kita berhenti di salah satu warung terlebih dahulu untuk membeli Aqua dan kacang. Kalo kagak minum kan nggak lucu, keselek truz mati, siapa yang mau tanggung jawab ?hehe
Sampai dah kita ke tempat tujuan. Angin sepoi-sepoi dan pemandangan perbukitan yang sudah sedikit kelam karena sudah malam menambah nikmatnya suasana makan malam, eh makan cempedak. "berangus cempedak, serbu, jangan sampai tersisa !!!" Ternyata kita semua makan dengan lahap. "La lamo dak makan cempedak, di enjok sekali, libas.Kurangan lagi ado..amen uji Kak Febri tu Mabok Cempedak" Masya Allah...
Ya itulah sedikit pengalaman saya 2 hari sebelum Idul Adha tahun ini. Untuk Kak Eli, semoga sambutan kami tidak mengecewakan dan thanks untuk traktiran baksonya.hehe Takbir !!! Hidup Mahasiswa !!!^_^

Selasa, 02 Desember 2008

Tiga Tugas Dai Dalam Memenangkan Dakwah


Oleh: Tim dakwatuna.com 
  
Siyasah Da’wah (politik dakwah) menegaskan prinsip bahwa kader penggerak dakwah adalah aset utama gerakan (rashidul harakah). Kekuatan dakwah bertumpu pada daya soliditas, responsivitas, dan produktivitas para kader penggeraknya dalam melakukan manuver dakwah (munawarah da’wiyah). “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)

Selain unsur kader penggerak dakwah adalah kekuatan sarana (anashirul-wasail) dan sifatnya hanya sebagai pendukung kesuksesan manuver dakwah para kader penggerak dakwah. “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak ketahui, sedang Allah mengetahuinya….” (Al-Anfaal: 60)

Berpijak pada prinsip itu, ada tiga tugas penting yang harus dijalankan pada dai dalam kancah ma’rakah da’wah (bisa dalam bentuk amal tabligh, siyasiyah (politik) hingga ghazwah (perang)). Pertama, seorang kader penggerak dakwah harus punya tugas moral untuk menjadi penggerak semua rekan-rekan seperjuangnya untuk mau berpartisipasi dalam pemenangan dakwah. Ini dilakukan dengan membangkitkan orientasi perjuangan (ittijah jihadiyah) sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu dari orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (Al-Anfaal: 65)

Kedua, seorang penggerak dakwah yang sejati senantiasa mengawal perjuangan rekan-rekan seperjuangannya agar mampu menjaga syakhsiyah rabbaniyah, sebagaimana telah ditempa sebelumnya dalam proses panjang tarbiyah. Ma’rakah siyasiyah, sebagai contoh, adalah medan ujian bagi soliditas kepribadian (matanah syakhsiyah) para kader penggerak dakwah, sebagai medan aktualisasi nilai dan fikrah yang diyakini kebenarannya, serta sebagai medan tarbiyah maydaniyah (pendidikan lapangan) yang sangat berharga. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan musuh, maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah….” (Al-Anfaal: 45-47)

Ketiga, seorang penggerak dakwah yang istiqomah akan selalu melakukan konsolidasi kepribadian dan barisan dengan rekan-rekan seperjuangannya, baik ketika bersiap maupun ketika kembali dari medan ma’rakah. Tidak bisa dinafikan bahwa akan muncul masalah-masalah operasional (qadhaya tathbiqiyah) yang menimpa sebagian jajaran kader dakwah sebagai konsekuensi gesekan dan benturan di lapangan dakwah. Terutama ketika medan yang mereka masuki adalah medan ma’rakah siyasiyah yang penuh fitnah. Karena itu, konsolidasi dan merapatkan barisan adalah solusi yang harus senantiasa dilakukan; dan sarananya adalah kembali melakukan tarbiyah. “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya (dari medan perang), supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah: 122)

Inilah tiga tugas penting yang harus dilakukan seorang kader penggeraka dakwah jika ingin memenangkan dakwah di setiap medan ma’rakah. Tugas ini harus dilakukan secara terus menerus. Dengan begitu, ia bisa menjadi kader penggerak dakwah yang responsif secara cepat dan tepat kala dakwah membutuhkannya.

Tentu saja untuk menjadi kader dakwah yang seperti itu bukan perkara ringan. Namun, itu juga sebuah kemestian. Sebab, kelalaian seorang kader penggerak dakwah untuk menunaikan ketiga tugasnya itu, akan berakibat fatal. Setidaknya dakwah harus membayar perjuangan meraih kemenangannya dengan harga yang lebih mahal karena terjadi kekeroposan pada kekuatan internal para pengasungnya. Bila ini terjadi, kejayaan Islam, tegaknya syariat Allah di muka bumi, dan umat yang memiliki izzah (harga diri) hanya tinggal mimpi. Naudzu billahi min dzalik.